Minggu, 21 November 2010

PUISI

"Maaf"

Apa yang harus aku jawab
Untuk menentukan jalur hatiku
Perasaanku begitu galau
Ingin ku berkata ya
Tapi otakku berkata tidak

Jujur dari hati yang tersembunyi
Aku juga menginginkanmu
Hatiku bergejolak
Ingin aku berkata kepadamu
Aku juga jatuh hati kepadamu

Tapi itu hanya menjadi suatu khayalan
Yang tidak akan pernah kukatakan kepadamu
Aku hanya bisa memendam dan menangis

Perbedaan memilukan ini
Membuatku untuk berkata tidak
Dengan perasaanku
Dan menolak perasaanmu

Maaf mungkin bukan kata yang tepat
Tapi hanya itu yang bisa kukatakan kepadamu
Maaf seribu maaf

Andai saja aku bisa mengubah takdir ini
Andai saja aku tidak bertemu denganmu
Tak akan kubiarkan rasa ini

Megi O. Timban

"Luluh"

Di tengah penantianku, kesendirianku
Kau datang memberikan hatimu
Memberikan sebentuk perhatian
Kata-katamu manis bagaikan anggur
Aku begitu terpesona dengan sikapmu

Hatiku yang keras, luluh
Gemuruh dadaku makin menyiksa hati
Tanganku semakin dingin
Jantungku berdetak begitu cepat
Ketika bersamamu
Walau itu hanya sebentar

Pikiranku terus kepadamu
Dengan senyummu, tawamu, parasmu
Yang menyejukkan hati
Kau pria pertama yang membuatku merasa aman

Jika kau mencintaiku
Berhati-hatilah dengan hatiku
Aku juga akan berhati-hati dengan hatimu
Taruhlah aku seperti meterai dihatimu
Seperti meterai pada lenganmu

Megi O. Timban

"Kasih Karunia"

Aku hendak bersyukur kepada-Mu
Bangsa Israel Kau berikan manna
Tapi kita Kau berikan tubuh dan darah-Mu

Aku hendak berpegang pada Taurat-Mu
Tetapi sekarang kebenaran Allah karena iman
Oleh kasih karunia kita diselamatkan

Betapa manisnya janji-Mu
Lebih dari pada madu bagi mulutku
Bagiku Kaulah segalanya
Aku tidak bisa berbuat apa-apa tanpa-Mu

Apakah Kau pernah meninggalkanku ?
Tak sekalipun
Kau mengasihi kami

Tak peduli apa yang orang katakan
Ku mau terus mengangkat tangan kepada-Mu
Kaulah Bapaku

Megi O. Timban

1 komentar: